PRODUSEN SONGKOK : MEMPRODUKSI BERBAGAI JENIS SONGKOK HITAM
Kadang kebenaran mudah diterima, saat disampaikan melalui kisah-kisah indah. Bukan lewat nasihat. Atau bahkan kata-kata yang bernada memerintahkan.
***
Suatu hari, nabi Isa ‘alaihissalam dan murid-murid beliau lewat di depan sekelompok orang Yahudi. Orang Yahudi tadi mengeluarkan kalimat kotor kepada beliau.
Nabi Isa ‘alaihissalam tidak membalas kalimat kotor tersebut. Tapi Nabi Isa ‘alaihissalam membalas dengan kata-kata yang santun.
Murid Nabi Isa ‘alaihissalam bertanya, “Mereka berkata kasar kepadamu, tapi kenapa engkau membalas dengan santun?”
Nabi Isa ‘alaihissalam menjawab, “Karena orang hanya bisa memberi apa yang dia punya.”
***
Ada kisah lain lagi, tapi saya gak begitu ingat persis. Kira-kira seperti ini.
Nabi Isa ‘alaihissalam dan murid-murid beliau suatu ketika melihat bangkai seekor anjing yang mati. Mengetahui itu, murid-murid beliau segera menutup hidung. Kondisi bangkai itu yang mungkin sudah tak berbentuk lagi.
Akan tetapi lihatlah apa yang Nabi Isa ‘alaihissalam sabdakan,
“alangkah putihnya gigi anjing itu.”
Murid-murid nabi Isa ‘alaihissalam bertanya, melihat bangkai anjing kok bagaimana Nabi Isa bisa bersabda demikian?
Lalu Nabi Isa ‘alaihissalam menjawab, “aku sedang belajar melihat kebaikan dan kecantikan, di dalam keburukan.”
Gak akan pernah terpikirkan, kalimat semacam itu, jika bukan keluar dari hati orang yang benar-benar bersih.
Bagaimana mungkin tidak? Sebab beliau adalah nabi Isa ‘alaihissalam. Dan bergelar Kalimullah. Beliau memberikan contoh nyata kepada kita semua, bagaimana tetap bisa melihat kebaikan dan sisi positif, dalam hal yang kelihatan “paling buruk” sekalipun. Anjing, dan bangkai yang jadi satu.
Sementara nabi Isa ‘alaihissalam, tetap mampu melihat kebaikan dalam hal semacam itu.
Kisah ini juga indah…
Syaikh Mukhtar Jamil pernah bercerita, “dulu kami pernah ada di perjalanan bersama Habib Umar. Tiba-tiba datang angin kencang disertai debu-debu panas. Lekas saja kami menutupi wajah kami. Setelah angin mereda, wajah kami penuh dengan debu, banyak dari kami yang mengeluh sambil mengusap debu dari wajahnya.”
“Kami lalu melihat ke arah Habib Umar, beliau juga tampak mengusap debu-debu dari wajahnya, tapi beliau justru tersenyum dan berkata,
” ‘Setiap sesuatu yang datang dari Allah yang Maha Indah adalah Indah.'”
Habib Umar bahkan tidak mengatakan hal buruk apapun tentang debu atau sesuatu yang menggangu. Yang beliau lihat tetaplah suatu keindahan.
***
Dawuh Syaikh Ibnu Qayyim aw kamaa qola, setiap peristiwa apapun ada hikmah. Allah Subhanahuwata’ala menutup suatu pintu tertentu, biasanya akan membuka pintu lain yang memiliki hikmah tersendiri. Tinggal kita bisa melihat itu atau tidak.
“Maa aghlakallahu baaban li’abdin bihkmah, illa fataha lahu baab.” Maqolah Syaikh Ibnul Qayyim
***
Memang benar kata pepatah, jika teko air yang berisi susu, tak akan mungkin mengeluarkan air kopi. Dan teko yang isinya air keruh, tak akan mengeluarkan air yang berwarna bening.
Kadang prasangka buruk bisa muncul itu bukan karena melulu orang yang disuudhoni memang jelek, tapi kadang karena memang kondisi hati sendiri yang sebenarnya kurang baik. Hingga bisa berpikir demikian.
Ada yang namanya konsep empat jari. Saat satu jari telunjuk kita gunakan untuk menunjuk ke arah seseorang, ingatlah bahwa empat jari lain yang kita miliki justru menunjuk ke arah kita sendiri.
Sebelum jauh-jauh menuduh, alangkah lebih baik bertanya dulu pada diri sendiri. Jangan-jangan diri sendiri inilah sumber segala masalah yang akan dituduhkan kepada orang lain…
***
Wallahu a’lam…
Belum ada komentar untuk Belajar Selalu Melihat Keindahan